Agar Disukai Orang

Kita akan punya kecenderungan untuk membalas kebaikan orang lain, meski tidak diminta.

Mardanafin
3 min readFeb 17, 2022

Ibuku bilang, harus ada sesuatu yang kau korbankan dari dirimu agar bisa diterima orang. Tetapi mendengar kalimat itu, ada jawaban tidak setuju dari dalam hatiku, “Mau sampai kapan kita berkorban terus demi perhatian orang?”

Aku adalah orang yang tidak mau hidup berutang budi. Menerima bantuan dari orang lain, dengan kesepakatan akan membalas kebaikan itu dikemudian hari.

Meskipun kesepakatan itu tidak diucapkan secara langsung, namun nurani kita sebagai manusia pasti otomatis akan setuju untuk membalas kebaikan itu suatu saat nanti, terlepas dari yang memberi bantuan akan menerima atau tidak, kita akan punya kecenderungan untuk membalasnya, atas kebaikan yang telah kita terima juga sebelumnya.

///

Mungkin yang perlu diubah adalah caraku berprasangka kepada Allah. Aku sering berpikiran negatif, pesimis, dan membunuh ambisi. Padahal bila aku mau merubah sedikit cara berpikirku, mungkin hari-hariku akan baik-baik saja, menjadi hari yang cerah dan beban terasa ringan.

///

Justru keberadaanmulah yang tidak aku harapkan, bukan kalimat-kalimat bijak yang kau kira bisa mengubahku. Tidak. Justru aku baru akan bisa benar-benar berubah bila kau segera angkat kaki menjauh dariku. Kepergianmulah yang membuat aku bebas, menjadi pribadi baru yang merdeka.

///

Bahkan sampai sekarang aku tidak tahu tujuanku. Aku menghabiskan waktuku untuk mengerjakan apa yang aku mampu, yang aku bisa, dan yang aku suka. Orang-orang menyebutnya “Passion”, dan itulah yang selalu aku kerjakan.

Aku selalu mengerjakan passion-ku, melakukannya sepenuh hati, mencicilnya sedikit demi sedikit. Berusaha menghasilkan yang terbaik.

Namun kenapa aku tidak kunjung menemukan jawabannya. Satu hal yang bisa kuprioritaskan, satu hal yang dapat aku fokuskan, untuk aku perjuangakan sepenuh hati, aku belum menemukannya.

Aku benar-benar tidak tahu, entah yang aku lakukan ini benar atau salah. Orangtuaku bilang hidup ini dijalani saja. Maka aku berusaha menjalani ini dengan baik.

///

Lihatlah keluar sana. Matahari terbit seperti biasanya. Orang-orang berlalu lalang seperti biasanya. Angin berhembus seperti biasanya. Semua seperti biasanya. Dan kau pun juga seperti biasanya, tidak tahu apa makna hidup dan apa yang layak diperjuangkan.

///

Memangnya apa yang kamu miliki di sini? Tidak ada. Hidup kamu cuma menumpang, jadi kapan pun kau harus siap digusur. Kamu hanya penumpang, maka harus siap dibangunkan dari tidur nyenyakmu, disuruh pergi.

Yang namanya hidup menunpang, kalau ada yang membuat tidak nyaman, ditahan-tahan saja pakai rasa sabar. “Masih untung” diberi tumpangan, tidak usahlah banyak berkomentar.

Yang namanya hidup menumpang, kalau ditimpa sakit badan, ya ditahan-tahan saja, tampakkan kepada yang punya kita masih kuat, tunjukkan senyum terima kasih, meski badan rasanya remuk redam. Tidak apa-apa, sabar, kita cuma menumpang.

Kalau bukan karena mengingat esok pasti kita akan hengkang juga dari sini, tentu sudah sejak dahulu kita tidak menerima undangan untuk menumpang ini.

Sabar, besok kau akan pulang juga, semua penderitaan hidup di bawah hutang budi orang ini kelak akan berakhir, dan kau pun bisa melupakan rasa pahit ini. Bersabarlah.

. Hari ke-68

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Mardanafin
Mardanafin

No responses yet

Write a response