di Langit Andalusia

Mardanafin
2 min readDec 5, 2022

--

Semoga Allah menunjukkan kepadamu kebenaran dari wahyu-Nya, dan memberimu kebesaran nikmat dan kemurahan-Nya yang akan terus memuliakanmu.

Lima puluh tahun sudah kami tinggal di Istambol, sejak malapetaka di Gharnata. Yang Mulia Sultan Murad telah berbaik hati memberiku sebidang tanah di utara. Aku dan istriku Miriam dikarunia anak-anak yang terlahir sebagai Islam, dan suatu saat mati dalam Islam. Tak ada nikmat Allah yang bisa didustakan. Kami hidup di negeri yang begitu memuliakan penghafal Quran sekaligus menata masyarakat demikian makmur. Aku bersyukur atas berkah yang diberikan Allah lewat pemimpin negeri yang adil dan amanah.

Kendati demikian, aku tidak pernah bisa melupakan hari sangkakala ditiupkan. Tak pernah lagi aku bisa kembali. Hari ini aku termenung mengingat sangkakala untukku bisa jadi tiba kapan saja. Aku harus menceritakan sebuah hal penting untuk anak cucuku. Sebelum Tuhan mencabut seluruh ingatanku, termasuk seluruh memori Al Qur’anku.

Nubuat Mansoor yang lain telah aku sampaikan pada Yang Mulia Sultan Murad yang bijak. Sebuah rencana yang seharusnya diamanatkan pada murid terbaiknya. Tentang pencarian negeri yang dipergilirkan. Setelah Andalusia tiada, para yanissari berlayar jauh menemukan Al Andalus baru. Mereka beri nama Al Andalus Syamatirah. (Andalan Sumatera-pen.)

Al Andalus baru bukan lagi di tanah tandus dan gersang. Melainkan taman surga dunia yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, hutan hijau yang kaya rempah dan bunga, hewan dan binatang aneka warna. Meskipun bertubuh rata-rata, kulitnya lebih banyak terpapar sinar matahari, masyarakatnya hangat dan murah senyum dalam udara yang sejuk, tak terlalu dingin dan tak panas sepanjang tahun. Di antara mereka sudah membangun rumah-rumah untuk para perekam Qur’an. Al Andalus baru bertakhta di bumi Khat al-Istiwa. Semoga Wazir Al Mansoor dan Sultan Mehmet tersenyum di alam baka, menjadi saksi lahirnya Al Andalus baru.

Aku tak ingin mati menggenggam harta, kecuali pesan. Aku sudah meminta pada Sultan Murad, menurun-temurunkan pesan ini pada mereka generasi penerus di Al Andalus Syamatirah.

Sesungguhnya jarak pengutusan Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam dan datangnya kiamat sudah demikian dekat, sejarak telunjuk dan jari tengah. Sangkakala sudah pasti datang, ketika ruh meninggalkan raga, ketika bangsa meninggalkan agama. Saat kebenaran hanya menuruti hawa nafsu, pasti binasalah langit, bumi, dan semua yang ada di dalamnya.

Sampaikan pada mereka, akan datang suatu zaman di mana menggenggam teguh agama akan sama beratnya dengan menggenggam bara api. Zaman yang membuat mata, telinga, dan rasa dibuat ranggu hingga berbatas kabur antara manusia nifaq dan haq. Zaman yang membuat bingung karena batas kebenaran dan kebatilan harus tergulung kemunafikan.

Ketika zaman itu datang, sampaikan pada mukmin untuk tetap merengkuh teguh hukum Islam.

Berpeganglah pada kalimat Syahadat.
Bertakbirlah menuju satu kiblat.
Bersabarlah dalam mengejar rahmat.
Bersaudaralah dengan saling berzakat.
Berhimpunlah dalam satu ummat.
Selamatlah kita semua saat datang kiamat.

Semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu, Al Andalus baru.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Mardanafin
Mardanafin

No responses yet

Write a response