Hari ke-59

Hargailah mimpi-mimpi itu, kawan. Kau hebat bila sudah berani bermimpi. Walau cita-cita itu kecil, atau bahkan ditertawakan orang.

Mardanafin
2 min readMar 2, 2022

Rabu, 2 Mar 22

Hari ini sudah masuk kerja, kesibukan yang sama akan terulang lagi. Terdengar sedikit negatif jika menggunakan kata “kesibukan”, sepertinya lebih enak didengar kalau menggunakan diksi “usaha”.⁣

Belakangan ini teman-temanku sering membicarakan seputar usaha. Wajar, umur kami sudah bolehlah dimasukkan masa “Quarter Life Crisis”. Aku sekarang 21, temanku 24 dan ada yang 19.⁣

Sering kami mendiskusikan perihal mimpi. Tentu sudah dapat kau tebak bila yang ditanya adalah diriku. Sejak kapan aku punya mimpi? Kata itulah yang menjadi penderitaanku akhir-akhir ini.⁣

Adapun teman-temanku, dengan mantap ada yang mengatakan akan berusaha menghasilkan puluhan juta perbulan, ada yang yakin penuh mimpi akan membuka usaha angkringan. Itu membuat aku iri pada mereka. Mereka berani bermimpi, sedangkan aku untuk bermimpi pun tidak tahu apa yang aku mau. Menyedihkan.⁣

Hargailah mimpi-mimpi itu, kawan. Kau hebat bila sudah berani bermimpi. Walau cita-cita itu kecil, atau bahkan ditertawakan orang. Tidak apa-apa impianmu mulai dengan membuka angkringan, mulai dari sanalah angkringan itu akan beranjak menjadi restoran. Intinya kau sudah mulai, itu sudah sukses besar.⁣

Itulah kenapa aku iri dengan mereka yang berani bermimpi. Memang ada juga orang yang mimpinya hanya di mulut saja, tidak dalam tindakan. Namun, untuk orang seidealis diriku, mengatakan sebuah impian yang sebenarnya berbohong pun aku tidak mampu. Lebih baik aku diam saja daripada berbohong.⁣

Aku doakan semoga mimpi teman-temanku itu menjadi kenyataan. Aamiin. Entah siapalah yang mau mendoakan diriku ini. Kalaupun dipaksa harus mempunyai mimpi, yang aku katakan adalah aku ingin mati baik-baik dan masuk surga.⁣

Diluar langit masih remang-remang, langit seakan malas merubah warna dari sore ke malam yang gelap. Mungkin kasihan melihat ada yang mengemis meminta supaya senja berlangsung lebih lama lagi.⁣

Tidak begitu denganku, aku tidak peduli mau senja atau malam, sama saja, tidak ada bedanya bagiku. Yang betul-betul aku inginkan sekarang adalah MAU JADI APA AKU BESOK.⁣

Itulah yang setiap hari membuat kepalaku pusing. Setiap akan tidur, setiap bangun pagi. Suatu kali aku bisa tenang karena bisa melupakannya sejenak, tetapi kadang kala ada yang bertanya tentang itu lagi padaku dan otomatis memancing pening di kepala.

Kesimpulannya, selama aku belum mendapat jawabannya, kepalaku akan tetap sakit memikirkannya.

/// Hari ke-59

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Mardanafin
Mardanafin

No responses yet

Write a response