Hari ke-66
Orang bilang jangan menulis ketika sedang marah. Bagiku itu salah. Kadangkala seseorang hanya ingin bercerita, meluapkan kesedihannya, tidak untuk dikomentari atau dinasehati.
Biarkan saja ceritanya mengalir, kau tidak tahu beratnya beban yang sedang dia tanggung, dan kau malah menanggapinya dengan kata-kata “bersyukurlah, bersabarlah”. Cam kan ini, ITU BUKAN SOLUSI!
Semua orang tahu, semua orang paham, bersabarlah, bersyukurlah, tetapi orang hanya ingin diterima, didengar. Bukan mendapat nasehat-nasehat munafik seperti itu.
Ada-ada saja hidup ini. Terkadang pagi datang dengan sejuk yang nyaman. Terkadang juga pagi datang dengan amarah dan setumpuk beban. Bagian sulitnya, kau tidak bisa memilih pagi mana yang akan datang. Dan bagian baiknya, kau bisa menentukan bagaimana kau menyikapinya.
Semua orang pasti punya rasa marah. Itu wajar. Sesekali biarkan saja marah itu ada. Sebatas menunjukkan kau manusia yang sehat, normal. Sesekali kau butuh pembuktian itu. Terlalu sering mencoba menjadi malaikat justru membuatmu menyakiti diri sendiri.
Kita juga butuh kesal, kita juga butuh mengeluh. Hal ini tidaklah tabu. Aku tidak setuju dengan orang yang menolak dan menghina seseorang yang mengeluh, mendakwa dia tidak bersyukur. Bukan! Kau saja yang tidak ingin memahami ceritanya lebih dalam lalu buru-buru menghakimi. Siapa tau dia hanya tidak punya teman untuk bercerita, menyedihkan, dan kau pun datang sebagai hakim yang memberikan hukuman pada sesuatu yang harusnya tidak salah.
/// Memang kampret, istri bukan, pacar bukan, keluarga bukan, tapi nyusahin.
/// “5 halaman lagi”. Itu kalimat yang sering aku katakan untuk menambah semangat membaca Al-Qur’an. Aku katakan itu untuk memotivasi, “ayolah, 5 halaman lagi saja” terus kuulang hingga tidak terasa satu juz penuh sudah terbaca.
/// Dan sore datang, sungguh cepatnya pergantian masa. 1 jam lagi maghrib, kemudian menjadi malam, tidur dan terbangun lagi esok pagi. Sungguh amat cepat pergantian waktu. Rasa-rasanya belum cukup sesuatu kukerjakan untum mencicil cita-cita.
Apa? Cita-cita? Kau punya cita-cita?
Tidak. Maksudku, target-target harian. Aku punya itu. Meski aku tak punya mimpi masa depan, tetapi aku punya tujuan-tujuan kecil yang menyenangkan, itulah yang menghiburku, itulah yang membuatku bertahan menjadi manusia.
Dalam satu hari aku ingin mengerjakan satu desain, aku ingin membaca beberapa halaman buku, aku ingin mengulang 3 juz Al-Qur’an, dan aku ingin menulis 2000 kata atau lebih.
Itulah dia hiburan-hiburan kecilku. Meski aku terlihat seperti tidak punya kehidupan. Tetapi dengan diberi kesempatan untuk menyelesaikan impian-impian kecil itu saja sudah cukup membuatku punya harapan. Aku tidak tahu akan kemana hobi-hobiku itu membawaku di masa depan. Yang jelas, aku senang saja melakukannya.
Aku sangat senang melakukannya. Dan sangat membenci apa pun yang menghalangiku untuk melakukannya.
/// Hari ke-66
