Jawaban Pertama

Mardanafin
2 min readJan 14, 2022

Seingatku saat itu ruangan kelas sedang ramai, padahal sudah lewat jam belajar malam, namun, bagi santri, bercengkerama bersama teman adalah hiburan yang asik.

Aku memilih menyepi, dalam artian yang filosofis. Karena aslinya aku masih berada di tengah hiruk-pikuk suasana kelas. Kalau saja kelas ini sepi, pasti suasana jadi lebih indah. Lihatlah, turun hujan tipis-tipis. Aku ingat sekali momen malam itu.

Kemudian tak sengaja aku melihat buku milik temanku. Seingatku bersampul cokelat, dengan sampul keras, ukurannya agak memanjang ke samping dan berjudul sepertinya “Kumpulan Mahfuzhot” (Aku lupa judul persisnya, di sini aku sedang bercerita tentang masa lalu)

Dan sampai di situ, mungkin sebaiknya aku katakan saja bagaimana keadaan hatiku malam itu. Sudah kukatakan tadi aku memilih menyepi. Kau tahu, itu karena aku sedang memikul beban, beban yang berat dalam hati, beban soal “Kenapa Hidup Seperti Ini?”

Karena ingin menepis pikiran buruk yang kian menjadi-jadi, aku mencoba pinjam buku ‘Kumpulan Mahfuzhot’ itu dan mencari apakah ada kalimat-kalimat indah yang bisa mengobati penyakit di hatiku ini.

Oh ya, aku lupa memberi tahu bahwa ‘Kumpulan Mahfuzhot’ itu artinya ‘Kumpulan Kata Mutiara’. Dalam literatur arab, para pujangga atau ulama, biasa menulis kata-kata penuh hikmah dan tulisan tersebut dikatakan oleh penggemarnya dengan sebutan “mahfuzhot”.

Kemudian mulailah aku mencari kata mutiara tentang rahasia hidup. Beruntungnya, buku itu sudah dibagi per-bab, maka aku tinggal mencari saja bab yang aku inginkan.

Sampai aku berhenti di bagian kata mutiara oleh Imam Syafi’i yang berjudul “Tentang Hikmah”. Itulah inti dari tulisanku sekarang. Aku akan menuliskannya kepada kalian, apa yang aku dapatkan malam itu, sesuatu yang sangat berharga, wasiat yang tak akan hilang ditelan zaman;

Biarkanlah hari-hari berbuat sesukanya. Tenangkanlah dirimu bila takdir telah menetapkan.

Jangan sedih dengan cobaan dunia. Cobaan dunia tiada yang kekal abadi.

Jadilah orang yang tegar menghadapi berbagai kesulitan. Dengan perilakumu yang lembut dan dermawan.

Tiada kesedihan yang kekal abadi, begitu juga kesenangan. Tidak juga kesulitan selalu menimpamu, dan tidak pula kemudahan.

Jika kau memiliki hati yang penuh rasa ridha. Kau dan penguasa dunia, sama saja.

Barang siapa yang ajalnya telah tiba, Bumi tidak dapat menghalanginya, tidak pula langit.

– Jumat, 14 November 2014

Ma’had Umar bin Khattab Al-Islamiy,

Jl. Delima, Panam, Pekanbaru.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Mardanafin
Mardanafin

No responses yet

Write a response