Mencoba Menyabarkan Hati

Memang hidup menumpang ini harus banyak bersabar.

Mardanafin
2 min readFeb 25, 2022

Lauk belum matang, ternyata santri masih sedang memasak. Aku kembali ke kamar, mencoba menyabarkan hati. Karena tenggorokan kering, aku raih botol hitam metalik kesayanganku dan pergi lagi ke dapur mengambil minum. Kau tahu apa yang terjadi? Air minum juga habis. Dua kali aku bolak-balik ke dapur dengan kecewa. Memang hidup menumpang ini harus banyak bersabar.

/// Kau dapati seseorang tersenyum kepadamu pagi ini. Tanpa kau tahu sama sekali, peristiwa apa yang ia lalui tadi malam. Ketahuilah semua kita punya beban, kita menanggung penderitaan masing-masing. Dan masing-masing kita sedang memalsukan beban itu supaya tidak terlihat menyedihkan di mata orang-orang.

/// Mungkin kau dapati seseorang sangat ramah dan riang padamu pagi ini. Sementara kau tidak pernah peduli sedikitpun, bisa saja tadi malam ia menangis meraung-raung. Kalau kau lebih. teliti lagi, lihatlah ada sedikit bekas kelam di pelupuk matanya.

/// Itulah maksudnya, kau harus paham semua kita pun susah. Tidak ada yang lebih senang dari yang lain. Hanya menunggu giliran saja, masing-masing kita akan merasakan fase terpuruk. Ini hanyalah permainan waktu dan soal bisa mensyukuri atau tidak.

/// Bisa jadi hari ini kau kehabisan lauk dan kelaparan. Kau hendak minum namun air galon habis. Bisa jadi hari ini kau begitu sulit, sebegitu sulitnya sampai kau melupakan kemarin-kemarin kau pernah bahagia.

/// Begitulah manusia. Kita sangat mudah mengingat hal pahit, dan sering lupa diri saat mendapat kebahagiaan. Suatu waktu aku berkeyakinan, jikalau mendapatkan kebahagiaan justru membuat aku hilang arah, lebih baik aku senantiasa ditimpa kesusahan saja supaya dapat senantiasa bersabar dan bersyukur dengan yang sedikit.

/// Aku dalam hati sedikit sebal dengan orang yang sudah tahu cuaca dingin, musim hujan, malah menghidupkan kipas angin. Itu maksudnya dari mana datang gerahnya? Cuaca sejuk begini.

/// Memang aku sadar tidak baik menilai seseorang dengan ukuran diri sendiri. Bisa saja aku merasa dingin, tetapi dia sebaliknya. Namun kan mayoritas sepakat kalau musim hujan, ya kenapa hidup kipas angin? Kalau menyalakannya di kamar pribadi silakan tidak masalah, tapi ini di saf masjid, tempat umum. Bukankah itu terkesan egois? Karena kau sendiri merasa gerah, kau membuat orang-orang sholat kedinginan?

/// Apalagi sekarang orang banyak sakit, orang sakit tentu sensitif dengan dingin. Kalau saja ditambah dengan dinginnya kipas angin, bisa uring-uringan dia.

/// Sekali lagi, tolonglah, ini kan tempat umum. Tolong korbankan saja sesekali rasa gerahmu itu untuk kepentingan banyak orang. Belajarlah mengedepankan keadaan umum dari keinginan pribadi. Jangan semua yang kau mau harus dituruti. Jelas itu egois.

/// hari ke-64

--

--

Mardanafin
Mardanafin

No responses yet