Pintu
Semua orang punya penderitaannya masing-masing. Ini hanya tentang giliran siapa yang bersabar dan siapa yang bersyukur. Kalau sedang bahagia, ya bersyukur. Kalau sedang menderita, ya sabar.
Kamis, 3 Maret 22
Istirahatlah. Dunia ini sudah terlanjur lelah. Jangan kau tambah dengan melihat akun instagram selebritis yang pamer hidup mewah. Seolah-olah kita jadi percaya bahwa cari duit itu mudah.
Capek lihat status orang di media sosial. Hidupnya enak-enak semua. Aku kan juga mau lihat penderitaan mereka. Biar aku merasa “punya teman”.
Maafkan aku yang terus lari darimu. Percayalah memang ini yang terbaik. Kau harus sabar, sebagaimana aku pun memaksa diriku bersabar.
Semua orang punya penderitaannya masing-masing. Ini hanya tentang giliran siapa yang bersabar dan siapa yang bersyukur. Kalau sedang bahagia, ya bersyukur. Kalau sedang menderita, ya sabar.
Tadi setelah ashar tidak sengaja aku melihat seseorang terbaring di tepi saf musholla. Langsung yang terbayang di kepalaku betapa lelah ia. Karena aku pun sedang lelah juga. Andai bisa, aku juga ingin merebahkan badan di sini, namun waktu tidak mengizinkan. Terpaksa aku tahan lelah ini dan tetap membuka mata demi meneruskan langkah mencari nafkah.
Ada orang yang bisa bahagia hanya dengan melihat orang lain bahagia. Ada juga orang yang dia sudah memiliki segalanya, namun ternyata salah, ia belum punya satu hal. Yaitu ketenangan.
Seperti itulah yang kita jalani. Aku setuju dengan orang yang berkata hidup ini teka-teki. Aku sangat sepakat. Sekarang di detik ini, di dalam hatiku juga sedang berseliweran ribuan pertanyaan yang tak kutemukan jawabannya. Salah satu yang terbesar dan tersulit ialah “Sampai kapan ini akan berakhir?”.
Baiklah, mari kita hentikan pertanyaan-pertanyaan retoris itu. Kalau diamati lagi, pertanyaan itu memang tidaklah diciptakan untuk dijawab orang, tetapi untuk direnungi. Makanya jika pertanyaan itu hanya untuk kau buat renungan, maka tidak masalah. Yang jadi masalah ialah ketika kau berusaha menjawab sesuatu yang tidak dibuat untuk dijawab, itu pekerjaan sia-sia.
Sekarang aku duduk di sudut bagian belakang musholla asrama. Dari sini bisa terlihat orang-orang bercengkerama. Oh iya, bicara tentang asrama, apa kau ingat kemarin ada pintu yang lepas salah satu engselnya? sekarang pintu itu sudah lepas total, copot dari bingkainya. Haha. Bayangkan betapa repot kami setiap hendak ke kamar mandi harus memasang dan mengangkat pintu. Iya kalau tidak sedang kebelet, kalau sedang tidak tahan lagi untuk buang air kan repot.
/// Hari ke-58
