Tahu, Mau, dan Mampu
Kenapa seharusnya orang yang produktif adalah orang yang tidak pernah bosan bertaubat
Ustaz Muhammad Rezki Hr menulis buku yang dijadikan bahan kajian dauroh di Masjid Kalimasyada berjudul Productive Ramadhan. Di dalamnya banyak poin-poin menarik.
Kata Ibnul Qoyim di Miftah Daris Sa’adah, komponen produktivitas itu ada tiga, yaitu TAHU, MAU dan MAMPU.
TAHU, maksudnya adalah ilmu. MAU, maksudnya adalah irodah alias keinginan hati, dan MAMPU adalah kemampuan sumber daya berupa waktu, harta, dan kesehatan.
Jadi, produktivitas itu tidak akan tercapai kecuali seseorang punya tiga komponen ini. Yakni, dia TAHU apa hal bermanfaat yang akan dia kerjakan. Kemudian dia MAU untuk mengeksekusi suatu kegiatan. Dan terakhir, dia MAMPU atau punya waktu untuk melakukannya, punya kesehatan badan dan punya ~harta~ (baca: Sumber daya) untuk mendukung produktivitasnya.
Ada yang sudah tahu dan mampu, tapi dia tidak mau, maka produktivitas tidak akan terjadi. Ada pula yang sudah tahu sekaligus mau melakukan, tapi apa daya dia tidak punya kemampuan untuk mengerjakan. Terakhir, ada yang mau dan mampu, namun sayangnya dia tidak tahu apa yang akan dikerjakan.
Sekarang mari kita bedah;
Apa itu Tahu, Mau dan Mampu?
Tahu adalah aspek ilmu. Belajar dan punya ilmu bahwa kita akan produktif untuk apa? ini adalah why-nya. Kenapa kita melakukan suatu kegiatan? Kita mau produktif buat apa? Sampai di sini, jika seorang sudah tahu alasan kenapa dia melakukan suatu kegiatan produktif, maka dia tidak akan mudah menjadi malas dan lemah.
Motivasi tertinggi seorang muslim untuk produktif adalah lillahi ta’ala, untuk mengharap ridha Allah semata.
Mau adalah aspek irodah. Irodah artinya adalah keinginan. Maksudnya, kondisi hati kita apakah sudah bersih dan semangat untuk melakukan produktivitas di bulan Ramadhan. Sebab, hati yang kotor (karena dosa) akan membuat seseorang menjadi malas sampai menyia-nyiakan nikmat bulan Ramadhan.
Dosa dan maksiat dampaknya kepada hati. Hati yang keruh, akan sulit menerima nasihat. Sebesar apa pun motivasi yang didapat, jika hati masih gelap, maka tidak ada yang akan berubah. Hati adalah kunci.
Mampu adalah aspek waktu, harta, dan kesehatan. Orang yang mampu adalah dia yang punya waktu, dia sehat, dan dia punya ~harta~ (baca: sumber daya) untuk memenuhi kebutuhan produktivitasnya.
Bagaimana Menumbuhkan Kemauan?
Dari kajian tadi, saya mendapat “Rumus Kemauan”. Yaitu, untuk memiliki kemauan, orang harus punya cukup motivasi (why), kemudian, alasan why itu harus tersimpan pula di hati yang bersih.
Kenapa motivasi/alasan yang tepat harus tersimpan di hati yang bersih?
karena hati ibarat pabrik. Jika pabrik itu sedang baik, maka dia akan memproduksi kemauan yang tinggi. Betapa banyak orang yang putus asa, tidak punya semangat, lantaran hatinya sedang tidak baik-baik saja.
Sebesar apa pun motivasi yang diterima seseorang, jika hatinya sedang tidak baik, maka dia tetap saja tidak akan tergerak untuk berubah.
Maksiat-maksiat yang kita belum bertaubat darinya. Dosa yang masih kita lalai untuk minta ampun. Semua itu secara alam bawah sadar menutup semangat kita. Membuat kita menjalani hidup dengan loyo. Oleh karenya, orang yang produktif seharusnya adalah orang yang tidak pernah bosan bertaubat.